TIMIKA, CARTENZNEWS.com-Anggota Komisi 1 DPR RI, Yan Permenas Mandenas mengungkapkan turut berduka cita untuk Prajurit TNI yang gugur akibat kontak tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga pada Sabtu (15/4/2022) ketika melakukan patroli guna mencari keberadaan Pilot Susi Air yang disandera KKB.
Dia berharap aparat lebih berhati-hati dalam melakukan operasi karena jangan sampai aparat yang jadi korban lebih banyak. Apalagi ada indikasi KKB melakukan perampasan senjata dan amunisi, ini pasti diugunakan untuk mencelakakan musuhnya dengan cara bertempur, karena tentunya mindset mereka siap tempur dan siap mati.
“Apapun risikonya mereka harus melawan pasukan kita yang ada di Kabupaten Nduga dan kabupaten lainnya di wilayah Papua yang sedang dilakukan operasi militer saat ini. Jadi saya harap pasukan kita mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam beroperasi dan mengindentifikasi lebih dahulu sebelum melakukan penyerangan,” ujar Yan.
Ia mengatakan Aparat TNI dan Polri juga harus menguasai wilayah dan geografis barulah melakukan penyerangan atau penangkapan terhadap KKB yang eksis di Papua supaya tidak jatuh korban lebih banyak lagi dipihak TNI-Polri.
Politisi Partai Gerindra ini juga berpesan kepada aparat agar dalam operasi militer jangan sampai mengorbankan masyarakat sipil. Pasalnya jika sampai terjadi, konflik di Papua akan terus bergejolak dan aksi balas dendam terus dilakukan.
Ia mengaku sesuai laporan dari masyarakat Nduga, Intan Jaya, Puncak dan beberapa wilayah lain, aparat kadang salah sasaran dalam penyerangan hanya karena di rumah warga ada bendera bintang kejora.
Sehingga ia menyarankan jika mendapat indikasi masyarakat memasang bendera bintang kejora di rumahnya, direkomendasikan dan diserahkan ke proses hukum. “Akan lebih elegan ketimbang melakukan penyiksaan, saya pikir kurang etis juga. Itu akan terus menimbulkan konlik di masa depan sehigga saya berharap aparat lebih profesional melakukan pengejaran kepada KKB dengan tidak mengorbakan masyarakat sipil,” ungkapnya.
Menurutnya operasi militer di Papua dilakukan dari waku ke waktu namun belum mampu memutuskan mata rantai KKB karena aksi balas dendam terus dilakukan dan regenerasi KKB terus berlanjut.
Sehingga ia meminta persoalan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat TNI Polri dengan melakukan operasi militer, tapi perlu ada strategi lain yang melibatkan semua elemen, lembaga dan institusi negara yang harus meninggalkan egonya. “Mari kita bersama-sama duduk dan mencari solusi. Masyarakat juga harus menerima bentuk perhatian pemerintah selain kebijakan Otsus dan pemekaran yang sudah kita lakukan,” kata Yan.
Pria lulusan Universitas Cenderawasih ini mengungkapkan penangana konflik di Papua bukan saja ditangani ditingkat grassroots, tapi juga generasi muda, tokoh masyarakat, tokoh agama, elit politik kemudian pemerintah mulai dari kabupaten, provinsi sampai ke pusat. Pihak-pihak ini perlu terlibat bersama-sama memikirkan solusi dengan sebuah kesepakatan win-win solution agar situasi di Papua bisa lebih kodusif. “Dari waktu ke watu intensitas konflik terus meningkat, sebenarnya ini ada apa? Ini perlu kita koreksi dengan serius karena saya melihat konflik ini tidak bakalan selesai, harus ada cara lain yang kita lakukan dan perlu kita diksusikan bersama,”pungkasnya.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, akibat kontak tembak antara Prajurit Satgas Yonif R 321/GT di Mugi-Mam Nduga pada Sabtu lalu, mengakibatkan empat prajurit meninggal dunia, empat prajurit menderita luka-luka dan kini sedang dalam perawatan medis. Kontak tembak terjadi ketika 36 prajurit melaksanakan patroli guna mencari keberadaan Pilot Susi Air, di jalan mereka dihadang KKB dan terjadi kontak tembak.
Wartawan/Editor: Yosefina