Pembangunan dari kampung ke kota tidak hanya digaungkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, tapi benar-benar dibuktikan. Bukan hanya ucapan, tapi karya nyata sungguh dilakukan. Pemkab berkolaborasi dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan YPMAK telah melakukan pembangunan sebuah rumah sakit yang megah di sebuah kampung kecil yakni Waa Banti.
Seperti apa kolaborasi yang dilakukan sehingga berhasil dibangun rumah sakit megah itu, berikut laporan Wartawan CARTENZNEWS.com bekerja sama dengan Dinas Komumikasi dan Informatika Kabupaten Mimika.
RUMAH Sakit Waa Banti (RSWB) yang ada di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah merupakan Rumah Sakit Kelas D Pratama terbaik di Papua Tengah. Pembangunan ini sebagai bukti komitmen Pemkab Mimika dan PTFI dalam mensejaterakan masyarakat.
Rumah Sakit yang diresmikan oleh Mantan Bupati Mimika, Eltinus Omaleng pada 15 September 2023 dibangun oleh Pemkab Mimika dengan total anggaran sekitar Rp 60 miliar rupiah. Anggaran sepenuhnya disediakan oleh pemerintah, sementara PTFI mendukung transportasi material dan pergerakan tenaga kerja, penyediaan material tertentu, air bersih, genset listrik, peralatan konstruksi, dukungan teknis, dan satu unit ambulans, sehingga total dukungan PTFI selama tahap konstruksi sekitar Rp 5 miliar.
Lahan pembangunan dari rumah sakit tersebut merupakan hibah dari Yayasan Pemberdayaan Amugme dan Kamoro (YPMAK).
RSWB ini memiliki peran strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Desa Banti I, Banti II dan Opitawak.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah, dr Silwanus Sumule mengatakan dari 14 Rumah Sakit di Papua Tengah, Rumah Sakit Waa Banti merupakan tipe D yang paling terbaik.
“Fasilitas layanan kesehatan ini memiliki gedung, peralatan dan SDM yang luar biasa,” ujarnya beberapa waktu lalu di Timika.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold R. Ubra mengatakan sebanyak 60 tenaga kesehatan bertugas di rumah sakit tersebut. Pelayanan yang dilakukan adalah rawat jalan dan rawat inap. “Ada empat pelayanan yang dilakukan yaitu poli umum, farmasi, pelayanan ibu bersalin dan pelayanan gawat darurat,” ujarnya.
Walaupun terpencil di kaki pegununganm, tenaga kesehatan di rumah sakit cukup lengkapkarena selain bidan dan perawat, ada dokter anak,dokter bedah, dokter umum, terapis dan fisioterapi. Pelayanan yang diberikan gratis dan yang berobat di situ hampir 100 persen asli Papua, khususnya Mimika.
Terdapat 60 tempat tidur yang tersedia, ada juga ruang isolasi untuk pasien tuberkulosis yang dahaknya masih positif mengandung bakteri, akan dirawat sampaia berbulan-bulan, sampai dinyatakan sembuh dan tidak menularkan TB lagi.
Selain itu juga memiliki fasilitas yang tidak kalah dengan rumah sakit di pusat kota, seperti ruang gawat darurat yang bisa menangani hampir semua kegawatan. Tersedia juga fasilitas radiologi dan USG dan fasilitas melakukan tindakan bedah miror.
RSWB juga memiliki laboratorium yang lengkap untuk pemeriksaan urine, darah, cek malaria dan tuberkulosis.
Dalam semiggu rumah sakit tersebut melayani sampai 500 pasien dari tiga desa, meskipun begitu sering kali pasien berasal dari Distrik Ilaga atau Sugapa yang jauh dari fasilitas kesehatan berobat di RSWB.
Untuk menjangkau RSWB masyarakat kadang harus berjalan kaki berjam-jam, namun menurut dr. Milka Tiandra yang bertugas di situ, untuk pasien kondisi gawat darurat seperti patah tulang, ibu yang hendak melahirkan atau kegawatan lainnya dijemput dengan helikopter milik PT Freeprot Indonesia.
“Kalau darurat pihak Puskesmas atau kader kesehatan setempat langsung menghubugi kami untuk menjemput,” ujarnya. (***)