MANUSIA adalah makhluk Rohani. Kata ‘rohani’ berasal dari bahasa Ibrani: Ruah yang berarti nafas. Adanya hidup dalam tubuh manusia sering dipertalikan dengan nafas. Tanpa nafas manusia tidak akan lagi disebut sebagai manusia melainkan jasad atau jenasah. Hanya nafas membuat manusia dapat bereksistensi. Nafas yang menyatu dalam tubuh jasmani menggerakan manusia, sehingga manusia bisa berbuat apa saja.
Sebagai salah satu entitas yang sangat penting dalam diri manusia, roh membutuhkan asupan agar jiwa bisa bertumbuh dalam raga yang juga bertumbuh oleh asupan makanan jasmani. Ketika roh yang dalam bahasa agama disebut sebagai jiwa tidak diberikan asupan santapan rohani, maka hidup manusia menjadi salah arah dan kehilangan arah.
Melalui media online dan media televisi kita menyaksikan beberapa oknum pejabat yang beragama Kristen terlibat dalam kasus korupsi yang merugikan negara ratusan juta bahkan ratusan miliar rupiah.
Kasus oknum seperti ini bisa dikatakan sebagai tindakan malpraktek hidup kristianinya. Dalam arti ia memiliki nama KTP Kristen tapi praketk dan gaya hidupnya jauh dari ajaran Kristus.
Pada hari minggu oktaf Paskah keenam hari ini, bacaan suci memberi nasihat kepada kita untuk mendengarkan Firman Allah, Mengimani Allah dan Mentaati PerintahNya. Dalam Kisah Para Rasul, Lukas menarasikan perjalanan Pastoral rasul Filipus disuatu kota di di wilayah Samaria.
Di kota itu, Filipus memberitakan Injil dan melakukan mujizat. Orang banyak yang mendengar Firman Allah dan melihat tanda-tanda yang dilakukan Filipus, menjadi percaya. Mereka percaya karena mendengar Firman Allah, terpesona karena tanda-tanda ajaib, jatuh cinta dan akhirnya menjadi percaya.
Sikap percaya harus bermuara pada sebuah sikap hidup dan tindakan yang lain yakni mentaati firman Allah.
Alur ini yang mesti dilewati dan dialami oleh kita setiap orang beriman agar iman kita menjadi kokoh dan tangguh. Ketaatan pada Yesus yang kita imani ditandai oleh sikap kita mengasihi Dia dan menuruti perintahNya.
Narasi ini berakar pada sabda Yesus sendiri: Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu….Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Sabda ini menegaskan kalimat yang menjadi tema dari permenungan kita hari ini: Mendengar, Mengimani dan taat pada Allah. Sikap mendengarkan Suara Allah, merenungkannya dalam hati menjadi sebuah kewajiban normatif bagi semua orang beriman Kristen.
Ada sekian banyak orang beragama Kristen baik Kristen Katolik maupun Kristen Protestan, namun belum tentu beriman. Beriman menurut pandangan Kitab Suci adalah suatu tindakan percaya dan penyangkalan diri sehingga orang tidak lagi mengandalkan kebijaksanaan dan kekuatannya sendiri tetapi melekatkan diri pada kuasa dan perkataan Tuhan yang dipercayainya.
Seorang dikatakan beriman jika ia percaya kepada Tuhan dengan penuh keyakinan dan tanpa keragu-raguan. Orang beriman adalah orang yang tidak akan kalah pada godaan dan pencobaan. Teguh berdiri pada Kristus. Ketaatan kepada Allah dinyatakan dalam sikap melaksanakan kehendak Allah secara baik dan bertanggungjawab.
Taat kepada Allah tidak hanya sekedar rajin berdoa, rajin ke gereja pada hari minggu, terlibat aktif dalam kerukunan-kerukunan rohani tetapi apa yang kita dengar dan percaya, haruslah kita bumikan dalam kehidupan nyata. Hidup di dunia ini kita berada pada dua kuasa, yakni kuasa Tuhan dan Kuasa Setan.
Dalam konteks ketaatan ini kita menyerahkan diri pada naungan kuasa pribadi yang mana kita telah berikrar untuk taat ‘apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seorang sebagai hamba yang mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu’.
Dalam sakramen pembaptisan dan sakramen-sakramen lainnya, dalam Syadat Iman kita telah berikrar untuk menjadi hamba Allah yang setia. Pada konteks ikrar inilah kita harusnya berjalan sebagai orang beriman.
Kita mengasihi Kristus, agar Allah Bapa di surga menolong kita. Pertolongan kita dari Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi untuk kita. Allah yang telah menciptakan kita, menempatkan kita diatas bumi ini akan selalu menyertai kita sampai akhir zaman. (***)