TIMIKA, CARTENZNEWS.com-Menyikapi aksi demo sejumlah orangtua di Kantor Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) karena anak-anaknya tidak diterima di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) disebabkan kondisi asrama yang sudah penuh dengan pelajar, Ketua Lembaga Masyarakat Kampung Tsinga, Waa/Banti dan Aroanop (LMA TSINGWAROP), Litinus Niwilingame berharap PT. Freepport dan YPMAK menambah bangunan asrama.
“Kita berharap ada solusi terbaik, dalam hal ini perlu adanya penambahan asrama,” Ujar Litinus di Timka, Jumat (26/7).
Ia mengatakan anak-anak yang ditolak saat mendaftar di SATP ini adalah asli Mimika dari daerah yang langsung terdampak dari operasi pertambangan yang dilakukan PT Freeport Indonesia.
“Orangtua yang melakukan demo di YPMAK itu dari tiga kampung yang merupakan wilayah yang terdampak langsung operasi PT Freeport Indonesia yaitu Tsinga, Waa Banti dan Aroanop,” ujarnya.
Ia berharao aksi demo dari sejumlah orangtua ini ditanggapi serius oleh PT Freeport Indonesia dan YPMAK, karena menyangkut perkembangan sumber daya manusia (SDM) orang asli Papua, khususnya asli Mimika.
Ia mengatakan jika asrama di Taruna Papua sudah penuh segera dibangun asrama baru agar tidak ada lagi penolakan saat penerimaan murid baru.
Sementara itu Sekretaris II Forum Pemilik Hak Sulung (FPHS) Tsingwarop menyeruhkan hal yang sama. Ia berharap segera ditambah bangunan asrama agar tidak ada penolakan lagi saat penerimaam murid baru dengan alasan asrama penuh.
Dikatakan orangtua sangat bersemangat memasukan anak-anaknya di SATP karena ingin anak-anaknya menjadi generasi yang cerdas, berkualitas unggul dan berdaya saing, sehingga kesadaran semacam ini perlu didukung penuh PT Freeport Indonesia.
“Kami harap usulan penambahan asrama bisa ditanggapi serius agar anak-anak kami bisa mendapat pendidikan terbaik dengan fasilitas unggulan,” pungkasnya.
Wartawan/Editor: Yosefina