TIMIKA, CARTENZNEWS.com– Perwakilan dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) yakni Pimpinan Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija berpesan kepada seluruh umat Hindu di Timika, Ibu Kota Kabupaten Mimika harus anti terhadap kekerasan. Pesan ini termasuk dalam empat aspek narasi kebangsaan yang disampaikan saat perayaan Dharma Shanti Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di salah satu hotel di Jalan Budi Utomo Timika, Jumat (28/4/2022).
Aspek pertama adalah komitmen kebangsaan yakni tidak ada umat Hindu yang mengingkari tanah airnya sendiri. Tidak ada umat hindu yang tidak percaya pada Pancasila dan empat pilar kebangsaan menjadi sebuah komitmen. Umat hindu tidak boleh menganulir Negara Kesatuan Republik Indonesia. Umat hindu berkewajiban menghormati guru wisesa, yakni pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu mensejahterakan dan memberi perlindungan. Karena itu pemerintah harus selalu dihormati, dihargai dan perlu menunjukan rasa bakti kepada pemerintah.

(Foto: Yosefina/CARTENZNEWS.com)
Aspek kedua yakni toleransi. Menurut I Nengah Duija bicara toleransi berarti soal pengakuan. Ia mengaku sangat bangga karena umat Hindu di Timika diakui sebagai bagian dari Timika meskipun bukan tanah kelahirannya. “Ini luar biasa. Tapi besok -besok kalau ada pengakatan guru agama Hindu atau pengangkatan guru di Pemda, tolonglah sertakan umat kami untuk bisa membina anak- anak kami di Timika, barangkali dua orang,” katanya.
Aspek narasi kebangsaan ketiga adalah anti kekerasan. Ia menegaskan umat Hindu di Timika jangan sampai melakukan kekerasan dalam kehidupan. “Baik kekerasan verbal maupun non verbal, kata-kata, perbuatan dan prilaku. Hindari kekerasan itu,” tegasnya.
Keempat, aspek penerimaan terhadap tradisi. Menerima tradisi paling khas di Timika Papua, artinya umat Hindu sudah menerima tradisi daerah ini. “Saudara berpijak di Timika, nilai-nilai tradisi di Timika kembangkan menjadi Hindu Timika bukan Hindu Bali,” pesanya.
Sementara Bupati Mimika, Johannes Rettob dalam sambutannya berharap perayaan Dharma Shanti Nyepi Tahun Baru Saka ini pada tahun-tahun berikutya dilaksanakan lebih meriah, karena dalam momen ini umat Hindu berkumpul bersama mewujudkan kebersamaan di Kabupaten Mimika.
Untuk mewujudkan toleransi yang sesungguhnya, ia meminta semua umat beragama di Mimika menghilangkan ego dan menjadikan Mimika rumah bersama. Pemerintah akan berupaya memberikan perhatian yang sama bagi semua agama.
“Mimpi besar pemerintah, kelak Mimika bisa menjadi rumah toleransi Nasional,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga berjanji Pemkab Mimika akan membantu pembangunan Pura. Selama ini pemerintah lebih banyak membantu pembangunan gereja, jadi kedepan pemerintah juga bangun Pura. “Kita wujudkan visi misi Mimika yang aman, damai dan cerdas demi Mimika yang lebih maju ke depannya,” ucapnya.
Kemudian Ketua Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Papua Tengah, I Dewa Sukawati mengapresiasi umat Hindu di Timika yang mampu menggelar acara yang besar meskipun jumlah umat belum terlalu banyak.
Dikatakan perayaan Dharma Shanti dilaksanakan bertujuan sebagai ajang silaturahmi dan saling memaafkan antar umat beragama.
Ia berpesan kepada seluruh umat Hindu di Timika untuk mencipatakan keharmonisan.
“Ciptakan keharmonisan di manapun kita berada. Umat Hindu harus menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan daerah. Sebagai umat Hindu wajib mendukung, menghormati apa yang menjadi kebijakan pemerintah. Karena pemerintah adalah guru yang membina warganya untuk hidup bernegara yang baik,” pesannya.
Sukawati menjelaskan dalam ajara Hindu ada empat guru atau biasa disebut catur guru yang wajib dihormati, yakni Guru Swadyaya (Tuhan), Guru Wisesa (pemimpin/pemerintah), Guru Pengajian (guru di sekolah) dan Guru Rupaku (orang tua).
Catur Guru dihormati dengan menjalankan Catur Guru Bhakti yakni bhakti kepada Guru Swadyaya dengan rajin sembahyang, suka beramal dan menjaga toleransi. Bhakti kepada Guru Wisesa dengan mengikuti segala peraturan pemerintah, tidak melanggar hukum, melaksanakan himbauan pemerintah serta menjadi warga negara yang baik. Bhakti kepada Guru Pengajian dengan rajin belajar, mengerjakan tugas dengan baik, mentaati peraturan sekolah dan menjaga sopan santun kepada guru. Bhakti Guru Rupaka dengan menjadi anak yang suputra.
Selanjutnya Ketua FKUB Mimika, Ignatius Robert Adii mengungkapkan, Mimika menjadi salah satu kota paling toleransi di Papua dan umat Hindu merupakan garda terdepan yang mewujudkan toleransi. Selama 13 tahun menjadi Ketua FKUB, Adii mengaku tidak pernah ada keluhan sedikitpun dari umat Hindu.
“Meskipun jumlah orang Hindu sedikit namun kualitasnya tinggi dan sangat menjunjung tinggi toleransi,” ucapnya.
Sesuai laporan Ketua Panitia Dharma Shanti Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di Timika, AKP Iwayan Nurida, sumber dana pelaksanan kegiatan ini adalah bantuan dari Bupati Mimika, PT Freeport Indonesia, Kementerian Agama Kabupaten Mimika dan sejumlah sponsorship, donatur serta punia dari umat Hindu di Timika.
Perayaan yang dimeriahkan sejumlah tarian bali dan tarian Papua ini dihadiri juga pimpinan sejumlah instansi di Mimika maupun luar Mimika dan ketua-ketua paguyuban.
Wartawan/Editor: Yosefina