HARI ini kita merayakan hari ulang tahun (HUT)Kemerdekaan Bangsa kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke – 78 tahun. Firman Tuhan dalam bacaan Injil mengajarkan tentang dua hal penting dan wajib untuk kita lakukan yakni taat pada Tuhan dan Negara.
Dua kewajiban ini diungkapkan Yesus saat orang Farisi dan orang-orang Herodian yang berusaha menjebakNya dengan sebuah pertanyaan.
Penginjil Matius menarasikan bahwa orang-orang Farisi yang sangat anti kepada Yesus berkonspirasi dengan kelompok Herodian untuk menjebak Yesus. Kedua kelompok ini yakni kaum farisi dan kaum herodian memiliki rasa dendam terhadap Yesus.
Mereka membangun sebuah mekanisme pertanyaan yang menjebak Yesus, bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak? Pertanyaan ini dirancang dengan tujuan membuat Yesus terpojok bahkan berusaha agar Yesus bisa ditangkap karena perkataan-Nya sendiri.
Orang Farisi memanfaatkan situasi Bangsa Yahudi yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Mereka diharuskan membayar berbagai pajak kepada bangsa Romawi. Yesus membaca mimik mereka saat bertanya dan mengetahui apa yang menjadi arah dan tujuan dari mereka. Maka Yesus meminta mereka menunjukan mata uang sedinar dan setelah menerima uang itu, Yesus memperlihatkannya kepada mereka sambil bertanya, gambar dan tulisan siapakah ini? Dan orang banyak itu menjawab, gambar dan tulisan kaisar. Maka Yesus berkata kepada mereka “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Bdk Matius 22: 21). Dengan jawaban tersebut Yesus lolos dari jebakan orang farisi dan mereka tidak mendapatkan alasan untuk menangkap Yesus.
Yesus memberikan suatu pengajaran yang begitu penting kepada kita. Pertama, bahwa sebagai warga negara kita harus taat kepada pemerintah. Sebenarnya pesan ini berlaku secara khusus dalam negara yang menggunakan bentuk teokrasi. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana prinsip-prinsip ilahi memegang peran utama. Namun dalam negaran demokrasi hal ini pun berlaku selama pemerintah tidak menentang azas keadilan baik tertulis maupun yang berlaku dan hak-hak azasi manusia. Kedua, bahwa sebagai orang yang beriman kita harus taat kepada Allah. Kalimat berikan kepada Allah adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan kita.
Sebagai Warga negara Indonesia kita harus mempunyai keprihatinan terhadap situasi sosial-politik yang sedang terjadi dinegara kita. Walaupun rekam jejak kepala negara kita, Joko Widodo selama sembilan tahun berkuasa telah mengimplementasikan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan nilai-nilai luhur pancasila, toh masih saja oknum membangun opini untuk membencinya. Sebut saja Rocky Gerung! Sekian sering tokoh yang mengaku intelektual, akamedisi dan filsuf ini mengkritik pemerintahan Jokowi dengan diksi-diksi yang tak santun. Lelaki kelahiran Minahasa Sulawesi Utara dan beragama Katolik ini sungguh tak menunjukan jatidirinya sebagai seorang Filsuf dan beriman Katolik. Dalam opini dan narasi yang diungkapkan, Rocky Gerung lebih menggunakan kekuatan logika lantas mengabaikan kekuatan iman, kekuatan etika dan sosial. Sejatinya seorang Filsuf mencari Kebijaksanaan karena ia menggunakan iman untuk menerangi akal budinya. Sebagai Warga negara, ditahun politik ini, mari kita menggunakan iman dan akal budi kita untuk menjadi seratus persen katolik dan seratus persen Indonesia. Mengabdilah pada kebenaran bukan kepada kelaliman.
(**)